Sabtu, 16 Disember 2017

Tiada Paskah Tanpa Kelahiran


Gereja awal merayakan kebangkitan Yesus sebagai detik utama bagi umat untuk mengungkapkan iman. Pada masa itu perayaan kelahiran Yesus belum menjadi perhatian utama Gereja. Tetapi kemudian menjadi perhatian Gereja pada abad ke 3 Masehi. Kesaksian akan hal tersebut diperoleh dari catatan St Clemens dari Alexandria (+150-210 Masehi). Dalam catatannya, dia menjelaskan bahawa ada usaha Gereja untuk menentukan bila tarikhnya kelahiran Yesus.

Gereja mulai melihat bahwa kelahiran Yesus merupakan bahagian dari peristiwa Paskah. Sebab tidak ada kebangkitan tanpa peristiwa kelahiran. Hal itu terlihat dari liturgi Natal yang mengutip Prolog Injil Yohanes (1:1-18). Melalui perikop tersebut peristiwa Inkarnasi (Firman menjadi manusia) menjadi nyata. Peristiwa Inkarnasi itu telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yes. 52:7-10) dan diteguhkan oleh surat kepada Orang Ibrani (Ibr. 1:1-6). Iman Gereja dilanjutkan hingga sekarang, yang menghubungkan Misteri Paskah dan Misteri Inkarnasi. Lagi pula dalam perayaan Misa malam Natal, bacaan-bacaan menceritakan bagaimana Yesus menyerahkan diri demi keselamatan umat manusia (Tim. 2:14).

Menurut Injil Lukas, malaikat Gabriel menyampaikan Khabar Gembira kepada Maria, ketika Elizabeth telah mengandung enam bulan (Luk. 1:24-26.36). Menurut St. Yohanes Krisostomus (347-407), peristiwa khabar gembira tersebut terjadi pada bulan Purnama tanggal 14 Nisan, yang sepadan dengan 25 Mac (Hari Raya Khabar Sukacita). Selain itu, dalam khutbahnya yang berjudul In Diem Natalem, dia menjelaskan bahawa Yesus Kristus lahir sembilan bulan kemudian, yakni tanggal 25 Disember. 

Sumber: Roger T. Beckwith. 1996. Calender and Chronology, Jewish and Christian: Biblical, intertestamental and Patristic Studies, E. J. Brill, Denvers.

(Dialihbahasakan daripada Indonesia Koran bertajuk, "Tiada Paskah Tanpa Kelahiran" yang ditulis oleh Selvister Detianus Gea bertarikh 10 Disember 2017)