Radamel Falcao, pemain kelab Monaco dan pasukan kebangsaan Colombia tidak dapat menyertai Piala Dunia 2014 setelah mengalami kecederaan di lutut semasa bermain di Liga Perancis |
Bintang bola sepak Colombia,
Radamel Falcão tiba-tiba saja kehilangan impiannya bermain dalam Piala Dunia. Namun, di tengah situasi yang tampak suram, imannya bersinar
terang. Dunia melihat betapa yang menopang hidup Falcão selama ini
bukanlah kejayaan dan kegemilangan prestasinya, tetapi Allah yang ia imani dalam Yesus Kristus.
Radamel Falcão, salah seorang
penyerang terbaik di dunia, direkrut oleh Monaco pada Mei 2013 dengan nilai perpindahan tinggi dari Atletico Madrid. Kemudian, hidup Falcão menjadi semakin
semarak. Tiga bulan setelah kontraknya, Falcão dan isterinya, penyanyi asal
Argentina Lorelei Taron, mendapatkan buah hati mereka yang pertama, Dominique
Garcia Taron.
Kontrak baru. Anak pertama.
Sungguh tahun yang indah bagi Falcão, pemain berusia 28 tahun yang telah
menjadi simbol bagi pasukan kebangsaan Colombia.
Namun demikian, pada 22 Januari
2014, sewaktu bertanding bersama Monaco dalam pertandingan Piala Perancis, lutut
kiri Falcão cedera setelah terkena hentakan yang keras. Akibatnya, dia perlu menjalani pembedahan pada ligamen anterior tiga hari kemudian. Saat itu impiannya
bermain bersama pasukan kebangsaan runtuh seketika. Piala Dunia adalah kesempatan
yang datang empat tahun sekali, dan cedera yang dideritanya seakan membawa
petaka bagi pasukan kebangsaan Colombia.
Akan tetapi apa yang telah
membuatnya teguh di masa-masa gemilang juga telah menguatkannya di tengah
masa-masa yang sulit itu. Allah. Ya, Falcão selalu bergantung pada Allah. Dan
ia tahu pasti bahwa Allah punya rencana yang lebih baik ketika mengizinkannya
mengalami cedera.
Falcao kini mewakili pasukan Monaco dalam Liga Perancis |
Siapa sebenarnya pemain bola sepak yang handal ini? Falcão—yang dikenal “El Tigre” atau “Sang Harimau”—adalah
seorang yang sangat mencintai keluarganya, seorang Kristian yang saleh, dan
pemimpin dalam suatu pelayanan olahraga. Para peminat bola sepak berdecak kagum
menyaksikan keterampilan dan kemampuannya menjaringkan gol. Para peminat dan
pengusaha menyukai penampilannya yang unik—wajah yang ramah dengan rambut hitam
yang panjang dan ketara. Pasukan-pasukan bola sepak menyanjung reputasinya yang tak
bercela di luar padang.
Falcão pertama kali dikenali umum ketika ia berusia 13 tahun dan bermain untuk kelab Lanceros Boyaca di Colombia. Sejak saat itu ia terus membuat orang mengagumi permainannya di padang. Kemashyurannya mulai memuncak ketika ia bermain bagi Atletico Madrid
pada tahun 2011-2013, saat ia berhasil menjaringkan lebih dari 100 gol. Pada tahun
2012, akhbar The Guardian menempatkan Falcão pada posisi nombor 6 dalam
peringkat 100 pemain bola sepak terbaik di dunia. Jurulatih Fábio Capello
menganggap Falcão dapat disejajarkan dengan bintang-bintang antarabangsa seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Namun prestasinya itu juga membawa
tekanan dan godaan—tekanan untuk selalu tampil hebat dan godaan untuk menerima
sanjungan orang yang memuji penampilannya.
Falcao pernah menjaringkan lebih 100 gol ketika mewakili kelab Sepanyol, Atletico Madrid antara tahun 2011-2013 |
“Saya merasa diberkati dapat
bermain sebagai penyerang dan menjaringkan gol,” ujar Falcão. “Itulah puncak
sukacita yang dapat dirasakan dalam suatu pertandingan dan suatu waktu istimewa bagi para pemain dan peminat. Namun dengan sanjungan dan tanggung jawab untuk
menjaringkan gol, aku juga merasakan banyak tekanan. Aku bergantung pada Allah di
dalam tekanan tersebut, kerana aku sedar Dia selalu ada bersamaku untuk
menolongku. Imanku di dalam Dia telah menolongku menguasai diri dan tetap teguh
dalam keyakinanku di sepanjang karir—dan juga sepanjang hidupku.”
Itulah yang membuat Falcão begitu
unik—cara pandangnya di tengah kemashyuran dan kekayaan yang diterimanya, serta
sikapnya yang selalu bergantung kepada Allah sekalipun nampaknya ia telah
mendapatkan segala-galanya yang diingini di dunia.
“Ada yang berkata bahwa semua
yang dapat memberikan kepuasan sejati adalah prestasi di padang, pengakuan
dunia dan wang yang banyak,” ulas Falcão. “Tetapi banyak orang merasa hampa
dan hatinya kosong meskipun mereka terkenal dan kaya-raya. Aku percaya hanya
Allah yang dapat memuaskan kedahagaan jiwa kita. Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya
untuk memuaskan kedahagaan itu. Bersama Dia, kita dapat merasa yakin bahwa Dia
tidak akan pernah meninggalkan kita. Aku meyakini betul hal ini kerana aku
telah sering mengalami bukti kesetiaan dan kasih-Nya dalam hidupku sendiri.”
Iman Falcão adalah hal yang
terpenting baginya ketika ia bermain baik. Iman itu jugalah yang menjaganya
untuk bergantung pada Allah di dalam kegagalannya. Iman Falcão menjadi penopang
hidupnya di tengah berbagai keadaan yang tidak menentu.
(Dipetik dan diterjemah daripada artikel laman Warung Sate Kamu bertajuk, "Dia Menopang Kehidupanku" bertarikh 30 Jun 2014)