Lee Young Pyo |
Ketika Lee Young Pyo melangkah
keluar padang untuk terakhir kalinya sebagai seorang pemain bola sepak profesional pada pertandingan penutup musim 2013 bersama Vancouver Whitecaps,
para penonton di stadium BC Place pun berdiri dan memberikan tepuk tangan
meriah kepada pemain pertahanan yang telah melalui dua musim yang luar biasa
sebagai anggota Vancouver Whitecaps dan 14 tahun sebagai pemain profesional. Para
hadirin yang memenuhi stadium itu menyerukan dengan lantang, “Y.P. Lee!” Ada
dari mereka yang mengangkat bendera Korea Selatan dengan wajah Lee terpampang
di tengahnya. Rakan-rakan sepasukan Lee mengelilinginya dan kemudian melemparkannya
ke udara berulang-ulang.
Bagaimana kamu akan menanggapi
limpahan pujian dari orang-orang di sekitarmu?
“Allah adalah yang terpenting
bagiku, bukan bola sepak,” ujar Lee. “Bola sepak hanyalah satu dari banyak cara
bagiku untuk memuliakan dan melayani Tuhanku.”
Sebelum bersara dari padang permainan, Lee merupakan salah seorang pemain bola sepak asal Asia yang paling
popular dan menawan sepanjang sejarah. Dilahirkan di Hongcheon, sepanjang
karirnya Lee telah mengenakan kostum pasukan kebangsaan sebanyak 127 kali—ketiga
terbanyak di Korea Selatan—dan bertanding dalam 3 kejuaraan Piala Dunia (2002,
2006, 2010), dan membantu pasukan yang diberi gelaran Taeguk Warriors itu mencapai
separuh akhir Piala Dunia tahun 2002.
Lee Young Pyo mewakili Tottenham Hotspurs bersaing merebut bola dengan Wayne Rooney (Manchester United) dalam Piala FA |
Setelah memulai karir
profesionalnya di Liga Bola Sepak Profesional Korea Selatan, Lee terjun dalam pertandingan tingkat tinggi di Eropah ketika ia dikontrak oleh PSV Eindhoven dari
Liga Eredivisie Belanda. Setelah tiga tahun bermain di Belanda ia melanjutkan
karirnya bersama Tottenham Hotspurs di Liga Perdana Inggeris, Borussia Dortmund
di Bundesliga Jerman dan Al-Hilal di Liga Profesional Arab Saudi.
Di penghujung karirnya, untuk dua
tahun ia bermain bagi Vancouver Whitecaps dari Liga Bola Sepak Utama Amerika
(MLS). Meski ia dikabarkan menerima tawaran yang lebih tinggi di tempat lain,
langkah ini dilakukannya karena ia berfikir bahwa Vancouver akan memberinya
kesempatan yang lebih baik untuk belajar tentang segi bisnes dalam dunia bola sepak.
Yang paling membuat takjub Lee
bukanlah karirnya yang luar biasa di atas lapangan hijau, melainkan keselamatan
jiwa yang telah diterimanya. Dengan latar belakang keyakinan yang berbeza, ia
kini telah mempercayakan imannya kepada Kristus setelah beberapa sahabatnya
menyaksikan iman mereka dan mendorongnya untuk membaca Alkitab.
“Ketika aku dengan tulus mencari
kebenaran dengan membaca dan berbicara dengan sahabat-sahabat dekatku, aku
sungguh terkagum,” kata Lee. “Allah menunjukkan padaku bahwa Dia memang ada,
dan hidupku pun berubah selamanya.”
(Diterjemahkan daripada artikel laman Warung Sate Kamu bertajuk, "Yang Terpenting Bukan Bola Sepak" bertarikh 2 Julai 2014)
(Diterjemahkan daripada artikel laman Warung Sate Kamu bertajuk, "Yang Terpenting Bukan Bola Sepak" bertarikh 2 Julai 2014)