Jumaat, 1 Mei 2015

Mengapa Mereka Bernyanyi Ketika Di Hadapan Hukuman Mati?


Wahyu 'wepe' Pramudya
Oleh Wahyu 'wepe' Pramudya:

“Mengapa mereka bernyanyi ketika di hadapan hukuman mati, Pak Pendeta?” demikian bunyi sebuah pesan di inbox akaun facebook saya.” Apakah Pak Pendeta tahu lagu Amazing Grace yang mereka nyanyikan di hadapan para penembak yang mengarahkan senjata api pada mereka?”



Beberapa pemberitaan media massa di dalam dan luar negeri mengisahkan tentang para tahanan hukuman mati yang bersama-sama menyanyikan lagu Amazing Grace dan dilanjutkan dengan lagu Bless the Lord O My Soul. Dengan mata tetap terbuka mereka menyanyikan lagu ini hingga senjata api berdentum dan kematian pun menjemput.

Mengapa mereka bernyanyi ketika di hadapan hukuman mati?  Saya tidak tahu pasti.  Saya tak pernah berhubungan langsung dengan para tahanan hukuman mati ini. Saya hanya membaca kesaksian dari tokoh-tokoh rohani yang mendampingi dan dari sesama tahanan penjara yang pernah menjadi rakan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Hidup dua ahli bali nine berubah dalam perjumpaan dengan Yesus Kristus selama dalam penjara.  Di media online ada banyak kisah tentang para tahanan hukuman mati ini, khususnya Andrew Chan. Ada sebuah percakapan menarik yang diterbitkan oleh laman Daily Telegraph :

Rothfield: How do you handle ur situation. I couldn’t sleep if it was me. (Bagaimana kamu mengatasi situasi ini.  Saya tidak dapat tidur jika ada dalam situasi seperti itu.)

ChanHonestly Jesus. Basically 10 years ago I was going to kill myself. Something happened, something I never believed in my whole entire life. That there is a God and he existed and he is real. (Sejujurnya Yesus.  Pada dasarnya 10 tahun yang lalu saya akan bunuh diri.  Sesuatu terjadi, sesuatu yang tidak pernah saya percayai seumur hidup saya.  Ada Tuhan dan Ia ada dan Ia nyata)

Mengapa mereka bernyanyi ketika di hadapan hukuman mati?  Bagi Andrew Chan mungkin itu adalah nyanyian proklamasi imannya.  Penemuannya di dalam penjara bahwa Allah bukan sekadar ada, tetapi nyata kasih-Nya melalui Yesus Kristus. Kesedaran akan kehadiran Allah yang telah menopang dan mengubahkan hidup Andrew Chan selama sepuluh tahun di penjara.  Perubahan yang disaksikan sesama tahanan dan para penjaga penjara.



Chris Makin, seorang penulis untuk biblesociety.org, yang berkesempatan mengunjungi Andrew Chan dalam penjara Kerobokan, Bali menulis: “Currently Andrew leads the Christian church inside Kerobokan prison. From preaching to worship leading, pastoring to evangelism, he uses his days in service of the Lord. To ensure the longevity of the ministry in the prison, Andrew is training leaders to carry on the work of the Lord in Kerobokan.” (Saat ini Andrew memimpin gereja Kristian di dalam penjara Kerobokan. Dari berkhutbah sampai memimpin pujian, menggembalakan sampai menginjili, ia menggunakan hari-harinya untuk melayani Tuhan. Untuk memastikan kelangsungan pelayanan dalam penjara, Andrew melatih para pemimpin untuk melanjutkan pekerjaan Tuhan di Kerobokan).

Dalam sebuah wawancara yang dimuat sebuah media, Andrew Chan mengungkapkan pergumulannya setelah mendengar berita bahwa ia dijatuhkan hukuman mati. “When I got back to my cell, I said, ‘God, I asked you to set me free, not kill me.’ God spoke to me and said, ‘Andrew, I have set you free from the inside out, I have given you life!’ From that moment on I haven’t stopped worshipping Him. I had never sung before, never led worship, until Jesus set me free” (Ketika saya kembali ke dalam sel penjara, saya berkata,’ Tuhan, saya meminta untuk membebaskan saya,  bukan membunuh saya.’  Tuhan berbicara kepada saya,’ Andrew, Aku telah membebaskanmu dari dalam keluar, Aku telah memberikanmu hidup!’ Dari saat itu, saya tidak pernah berhenti memuji-Nya. Saya tidak pernah bernyanyi sebelumnya, tidak pernah memimpin pujian, sampai Yesus membebaskan saya.”

Nyanyian adalah ekspresi pengalaman iman. Bukankah di hadapan kematian tak ada bekal apapun yang dapat kita bawa selain dari iman? Iman yang menggerakkan hati dan bibir untuk bernyanyi dan memuji-Nya bahkan di hadapan hukuman mati.

Mengapa mereka bernyanyi Amazing Grace ketika di hadapan hukuman mati? Amazing Grace adalah sebuah lagu pujian popular ratusan tahun dalam komuniti Kristen.  Kekuatan lagu ini barangkali terkait dengan pengalaman bersama sebagai orang percaya: di dalam kesalahan dan keberdosaan, kasih karunia Allah itu nyata.  Lagu ini ditulis oleh John Newton (1725–1807), seorang penjual hamba abdi, penjudi dan pemabuk yang menyedari kebesaran kasih karunia Allah di dalam hidupnya.  

Setelah pertaubatannya, dalam jatuh bangun kehidupan imannya, Newton akhirnya memutuskan untuk melayani Tuhan sebagai pendeta.

Silakan rujuk bait pertama dari lagu Amazing Grace:

Amazing Grace, how sweet the sound,
That saved a wretch like me.
I once was lost but now am found,
Was blind, but now I see

Terjemahan bebas tanpa memperhitungkan notasi adalah: Kasih karunia yang menakjubkan. Betapa Indah terdengarnya. (Kasih Karunia) yang menyelamatkan orang jahat seperti saya. Saya pernah terhilang, namun kini ditemukan. Buta, namun kini melihat.

Mengapa mereka bernyanyi Amazing Grace ketika di hadapan hukuman mati?  Barangkali melalui lagu ini mereka ingin mengungkapkan kesedaran akan kelamnya perjalanan hidup, sekaligus cerahnya kasih dan pengampunan Tuhan. Di hadapan hukum mereka dinyatakan bersalah. Hukuman mati adalah ganjaran yang bagi sebahagian orang dianggap adil atas kesalahan tersebut. Hanya di hadapan Tuhan, mereka dapat memohon bukan keadilan, tetapi pengampunan-Nya. Barangkali itulah alasan mengapa mereka bernyanyi Amazing Grace: ketika pengampunan itu tak mereka dapatkan dari manusia,  satu-satunya harapan mereka adalah Sang Pencipta Kehidupan.

Mengapa mereka bernyanyi Amazing Grace ketika di hadapan hukuman mati?  Barangkali mereka sedang merayakan pengampunan Tuhan, Sang Pencipta  kehidupan, di tengah hukuman mati yang diputuskan oleh sesama manusia.

Para tahanan hukuman mati itu bukanlah pahlawan. Mereka telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Mereka telah ikut terlibat merosakkan kehidupan orang-orang lain. Mereka adalah penjahat. Sama seperti penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Seorang penjahat yang menyedari kesalahannya menegur rakannya, "Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.“ Kemudian, ia menatap Yesus dan memohon, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”

Kepada penjahat yang mengakui kesalahannya ini, Yesus menjawab, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

Amazing grace.  How sweet the sounds.

(Dialihbahasakan daripada artikel laman Kompasiana bertajuk "Mengapa Mereka Bernyanyi Dihadapan Eksekusi Mati?" penulisan Wahyu 'wepe' Pramudya bertarikh 30 April 2015)