Selasa, 29 Mei 2012

Temuramah Dengan Sari Simorangkir



Sari Simorangkir, penyanyi dan penulis lagu rohani Kristian yang popular dari Indonesia memulakan pelayanannya pada 1992 dengan Voice of Galilee dari Galilee Ministry. Kemudian, melalui pertemuan dengan sesama pelayan Tuhan, Sari dan kumpulannya kemudian tergabung bersama dalam satu kumpulan iaitu True Worshippers. Sampai sekarang dia sudah mengeluarkan enam album single. Hampir semua lagu yang dibawakan merupakan ciptaannya sendiri dan ada pula beberapa lagu dari teman sepelayanan.

Sari Simorangkir
Berikut ini ialah temuramah dengan Sari Simorangkir beberapa tahun yang lalu, selepas albumnya berjudul Sari 31:31 dilancarkan: 

Album pertama anda langsung diterima masyarakat?

Oh tidak. Album pertama dan kedua tidak begitu laris. Rentak muzik dua album ini adalah R&B, gayanya tidak begitu cocok dengan jemaat di sini. Di album ketiga, saya dan teman-teman membuat album yang lebih berentak pop. Ternyata hasilnya bagus. Boleh dikatakan untuk ukuran lagu rohani, sudah boleh disebut luarbiasa. Album ketiga dan keempat, boleh laris sekitar 30 ribu.

Kebelakangan ini, saya tahu, lagu yang popular ialah lagu yang mudah diikuti jemaat. Saya juga jadi faham, lirik lagu yang bicara horizontal (antara sesama) juga kurang dianggap sebagai lagu rohani. Jadi harus, hubungan vertikal, hubungan hamba dengan Tuhan.

(Di album ketiga, lagu Sari berjudul Karya Terbesar sering dinyanyikan di gereja-gereja. Di kalangan lagu rohani, boleh disebut menjadi lagu hit. Di album berikutnya, lagu berjudul Hati Hamba juga dengan cepat popular di berbagai gereja. Dalam album terbarunya (Album Sari 31:31), Sari juga melibatkan dua anaknya.

Album Sari 31:31
Apa yang mendorong anda mengajak anak-anak ikut menyanyi?

Kebetulan dua anak saya memang suka menyanyi. Hanya saja, mereka belum mahu tampil menyanyi di atas pentas. Suatu waktu saya bilang pada anak sulung Sharon, "Mahu tidak rakaman nyanyi bersama Mama." Ternyata dia mahu. Akhirnya, saya dan dia duet membawakan lagu Suratan yang Hidup.

Di lagu ciptaan saya ini, saya bercerita tentang satu keluarga yang mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan. Ternyata, Sandy ingin nyanyi juga. Kerana sudah rakaman, Sandy saya minta membacakan doa, sebagai pembuka lagu ini.

Dengan melibatkan anak-anak, saya sekaligus ingin memberi pelajaran rohani pada mereka. Saya katakan, "Kamu sudah menyanyi buat Tuhan. Ketika kamu berdoa, kamu juga mengingatkan orang untuk selalu berdoa." Sesungguhnya saya memang berterima kasih atas karunia Tuhan yang besar ini.

Sari di kulit depan Album Allegro
Bagaimana proses anda menciptakan lagu? 

Untuk membuat lirik lagu, boleh dari pengalaman hidup sehari-hari. Misalnya saja dalam hidup keluarga, kami seperti hidup dalam lembah. Namun, ternyata Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Dari pengalaman itu saya mengungkapkan rasa syukur.

Kalau mahu buat lagu dengan suatu tema, misalnya tentang luka batin, bagaimana minta Tuhan untuk memulihkan, saya belajar dari buku. Saya memang suka baca buku rohani, biografi, dan lain-lain. Dari membaca pengalaman orang, saya menuliskan betapa saya mesti berserah kerana semua itu kehendak Tuhan yang mesti dijalani.

Untuk membuat lagunya, kadang saya pakai piano atau gitar. Sebenarnya, kemampuan saya main alat muzik tidak begitu bagus. Teman-teman arranger-lah yang membuat lagu saya jadi indah. Berkat mereka, lagu-lagu lebih sampai ke jemaat.

Kenapa anda lebih suka menyanyikan lagu sendiri daripada menyanyikan lagu orang lain? 

Kalau saya menulis lagu sendiri, tentu saja penjiwaannya lebih dapat. Nyanyinya juga lebih puas. Kendati begitu, saya juga menyanyikan lagu karya pencipta lain. Apalagi ketika lagu itu saya dengarkan, ada sesuatu yang langsung menyentuh hati saya. 

Dengar-dengar orang tua anda juga pemuzik?

Bukan. ayah saya yang bekerja di Pertamina, memang suka muzik tapi bukan pemuzik. Ayah sering ikut koir di gereja. Namun, saya dan adik-adik memang suka muzik. Adik saya, Sammy, juga aktif main muzik bersama kelompoknya, Kerispatih. Adik saya satunya lagi, Fredrik, sudah senang main dram tapi belum terjun secara profesional.

Apa penghargaan yang pernah anda raih?

Tahun lalu, saya menerima tiga penghargaan sekaligus dalam acara Indonesian Gospel Music Awards 2005. Yaitu Album Terbaik melalui Album Touch, Duet Terbaik bersama Sammy, dan Lagu 2005 dengan judul lagu Karya Terbesar.

Sari bersama keluarganya
Suami anda juga pemuzik?

Bukan. Suami saya, Handy Iskandar, bekerja di perusahaannya sendiri. Dia rakan bincang yang baik juga tukang kritik nombor satu. Dia tahu, isterinya bakal merana kalau tidak menyanyi. He he he. Selain itu, dialah yang mengatur jadual saya. Namun, khusus jadual peribadi saya. Untuk True Worshippers, saya punya pengurusan sendiri bersama kumpulan itu.

Kira-kira sudah berapa lagu yang anda ciptakan?

Sekitar seratusan lagu. Tidak semua lagu dirakam. Sebahagian lagu saya juga dinyanyikan penyanyi lain, seperti Ruth Sahanaya.

Ada tidak pengalaman rohani yang anda rasakan waktu menyanyi?

Tentu saja. Waktu saya menyanyi di sebuah gereja, pendeta tiba-tiba bilang, "Ada sesuatu yang Tuhan kerjakan." Mestinya, selesai saya nyanyi, pendeta menyampaikan firman Tuhan. Pendeta merasakan, saat saya menyanyi, jemaat sudah dijamah Tuhan. Lalu, pendeta minta jemaat yang mahu bertaubat dan minta didoakan untuk maju. Serentak ramai yang maju. Mereka dijamah Tuhan secara luar biasa.

Baru-baru ini, seorang ahli jemaat memeluk saya sambil menangis. Dia mengatakan, lirik yang saya bawakan, sangat tepat dengan kehidupannya. Dia merasa Tuhan bicara padanya.

Apa kesibukan anda di luar menyanyi?

Saya ibu rumah tangga biasa yang mengurus suami dan anak. Saya selalu menjemput dan menghantar anak ke sekolah.

(Dipetik dan diterjemah dari laman web Tabloid Nova)