Gabenor Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) |
“Pegangan utama saya dalam menjalankan tugas saat ini
hanyalah Perlembagaan, namun nilai hidup saya standardnya adalah firman
Tuhan.
Saya katakan, bahawa apabila seorang hamba Tuhan terbukti
bersalah, saya tidak akan membelanya, tetapi membiarkannya melewati proses undang-undang. Saya tidak takut mati demi Perlembagaan.
Pesan saya kepada isteri, ”Kalaupun saya mati, tuliskan pada
batu nisan kutipan dari Filipi 1:21 iaitu "mati adalah keuntungan.” Untuk
kalimat: ”Kerana bagiku hidup adalah Kristus..” sengaja tidak mahu saya
cantumkan pada batu nisan kuburan kerana saya belum sepenuhnya mempraktikkan
bahagian dari ayat itu.
“Saya selalu membawa segala pergumulan ke dalam doa terlebih
dahulu. Sebelum saya bercakap, saya sudah periksa hati saya, apakah itu untuk
kepentingan peribadi atau bukan. Selalu saya minta Tuhan untuk selidiki hati
saya, apakah itu untuk mengusahakan kesejahteraan orang lain atau tidak? Saya
suka mencurahkan hati kepada Tuhan. Dalam Yesaya 42 juga menyatakan bahwa kamu harus membawa keadilan.”
“Menurut saya, duduk diam di kaki Yesus adalah saat-saat
paling berharga dalam hidup ini. Saya suka bangun pagi-pagi jam 4:30 dan malam
sebelum tidur untuk saat teduh. Kalau dulu mahu pelayanan jam 6.00 pagi, saya
bangun jam 4.00 pagi. Hari Minggu harus bangun lebih pagi. Gereja harus melatih
jemaat untuk memiliki hubungan intim dengan Tuhan. Pemimpin gereja harus
membawa jemaat sampai mereka kerajinan baca Firman Tuhan. Kalau sudah begitu,
Anda ke manapun akan membawa Alkitab.”
“Dalam setahun, pasti saya selesai membaca Alkitab dari
Kejadian sampai Wahyu. Apabila saya sudah membaca Alkitab sampai habis selama
lima kali, saya pasti mengganti Alkitab tersebut karena banyak catatan-catatan
yang termuat di setiap halamannya. Saya kurang suka Alkitab di gadget kerana
tidak dapat langsung ditulis berdekatan dengan ayat-ayat seperti di Alkitab
biasa. Saya sangat menghargai rhema dari Tuhan. Pertemuan peribadi dengan Tuhan
merupakan hal terindah bagi saya.
“Saya selalu mengambil kesempatan untuk berkongsi dengan isteri
dan anak-anak tentang firman Tuhan. Saya selalu menekankan agar anak-anak harus
bertemu secara peribadi dengan Tuhan. Saya akan terus memperingati anak-anak dan
isteri untuk selalu bergantung dan membangun hubungan intim dengan Tuhan."
"Saya mendidik anak-anak agar mereka selalu memandang pada Tuhan. Yang paling penting, di saat anak saya memiliki pergumulan, dia harus
mengalami pertemuan sendiri dengan Tuhan, itulah yang saya ajarkan pada mereka.
Bahkan, anak saya yang perempuan sudah habis membaca Alkitab sejak Sekolah Menengah rendah. Saya
harus yakinkan dia bahawa bapakmu sekarang dapat bertahan kerana Tuhan, kalau
suatu hari bapakmu tidak ada pun, Tuhan tidak pernah salah. Bapakmu tidak dapat menolongmu untuk menghadapi pergumulanmu. Lebih penting temui Tuhan.”
[Dari Wawancara Majalah Integrity Edisi 21 Desember
2013, edited]
(Dialihbahasa daripada artikel FB Sahabat Doa bertajuk "Kesaksian Gubernur DKI Jakarta Ahok" bertarikh 24 September 2015)