Khamis, 27 September 2018

Remaja Indonesia Tak Henti Baca Alkitab Dan Berdoa Ketika Hanyut 49 Hari Di Laut



Aldi Novel Adilang tak pernah menyangka akan terapung di laut selama 49 hari di atas rakit perangkap ikan dan mendapat sorotan antarabangsa.

Saat ditemui di rumahnya, remaja berusia 18 tahun asal Desa Lansa, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, ini menuturkan kisahnya.

Cerita Aldi bermula pada 14 Julai 2018. Saat itu, angin selatan sedang berhembus, mengakibatkan tali di rakitnya putus.

"Saat itu pukul 7.00 malam. Waktu itu, tali rakit saya putus kerana gesekan dengan rakit teman saya. Sayangnya, waktu itu dia masih tertidur, sehingga tidak tahu apabila saya sudah hanyut," ujar Aldi kepada wartawan Eva Aruperes, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Selama beberapa hari hanyut, Aldi menyantap bahan makanan yang tersedia. Namun, bekalan itu hanya dapat memenuhi keperluannya hingga seminggu.

Aldi Novel Adilang ketika diselamatkan dari tengah laut

"Beras, air bersih, rempah-rempah, bumbu dapur, gas memasak dan keperluan lainnya habis. Untuk bertahan hidup, saya memancing ikan dan memasaknya dengan cara dibakar, rebus bahkan dimakan mentah," katanya sambil tersenyum.

Setelah kehabisan gas memasak, remaja yang mendapat pendidikan hingga kelas 3 Sekolah Menengah itu mengaku memasak ikan menggunakan kayu dari rakitnya. Di atas kuali, dia membuat api untuk membakar dan merebus ikan.

Kesulitan lainnya adalah ketiadaan air bersih yang sudah habis pada minggu pertama.

Hal ini dia hadapi dengan memeras air laut dengan bajunya. Menurut dia, dengan cara itu, rasa asin pada air dapat dikurangkan. Dia juga mengumpulkan air hujan untuk diminum.

Aldi menunjukkan surat izin turun kapal ketika kapal yang menyelamatkannya berlabuh di Jepun

Meminta tolong

Sambil bertahan hidup, Aldi terus berusaha mencari pertolongan. Namun tak satupun kapal yang mendengarkan suaranya.

Aldi tak henti membaca Alkitab bahkan menyanyi lagu rohani. Dia juga terus berdoa agar dapat selamat dan kembali bertemu orang tuanya. Namun dia pernah berfikir untuk menenggelamkan dirinya kerana putus asa.

"Dia mengakui bahawa pada suatu peringkat, dia merasa depresi sehingga memikirkan untuk melemaskan dirinya. Tetapi dia menguatkan diri untuk terus bertahan melalui doa." - BBC News, 26 Sep 2018

Hingga akhirnya, pada 31 Ogos 2018, dia mencuba meminta pertolongan dari kapal yang bermuatan batu arang. Saat itu, kapal telah melepasinya sehingga satu batu. Tapi, kerana mendengar teriakannya, kapal tersebut berbalik arah dan melepaskan tali untuk menolongnya.

"Waktu itu saya teriak, 'Help, help'. Kerana cuma itu yang saya tahu," ujarnya.

Saat ditolong, para anak buah kapal tersebut langsung memberikan dia kain kerana pakaiannya telah basah. Mereka juga memberi Aldi air minum.

Setelah itu, Aldi diberikan kesempatan untuk makan, mandi, serta istirehat selama seminggu. Di kapal pun, komunikasinya dengan para anak buah kapal tak berjalan baik.

"Kalau saya mengerti, saya jawab. Kalau tidak, saya pakai google translate dari telefon bimbit," ujarnya.

Aldi berfoto bersama kedua orang tuanya di rumahnya di Sulawesi Utara

Pada 6 September 2018, kapal tersebut tiba di Jepun. Namun dia belum dapat turun dari kapal sebelum mendapatkan izin, kerana dia tak memiliki pasport.

Baru setelah perwakilan Kedutaan Besar Indonesia serta pemerintah Jepun datang menjemput, Aldi dapat turun dari kapal. Dia tak dibenarkan membawa hadiah pemberian dari para anak buah kapal.

Setelah pasport miliknya siap, Aldi akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada 8 September 2018 dan tiba sehari kemudian.

"Di lapangan terbang, saya dijemput orang tua serta keluarga besar saya," kenang Aldi.

Aldi mengakui tidak mahu lagi melaut setelah tiga kali hanyut di laut

Hanyut tiga kali

Diakui Aldi, terapung di laut selama 49 hari merupakan pengalaman hanyut ketiga yang pernah dia alami.

"Ini kali ketiga saya hanyut. Waktu pertama hanyut selama seminggu, saya ditolong kapal pemilik rakit. Kedua selama dua hari, saya juga ditolong oleh kapal pemilik rakit," ujar Aldi.

Di rakit, tak ada kemudahan keselamatan dalam pelayaran seperti pelampung. Pun tak ada kompas yang digunakan untuk menentukan arah. Bahkan, sebelum naik rakit, dia tak diajarkan tentang keselamatan dalam pelayaran.

Dalam menjaga rakit, dirinya hanya mengandalkan pelbagai arahan pamannya selama seminggu. Saat pertama kali naik rakit, diakuinya dia tidak boleh berenang. Selama bekerja di rakit, Aldi mengaku dikontrak selama setahun dan digaji 2,000,000 rupiah (RM550) setiap bulan.

Pengalaman hanyut yang ketiga ini membuat dirinya memutuskan untuk tidak melaut lagi. Dia ingin mencari pekerjaan lain.

(Dialihbahasakan daripada artikel BBC Inbdonesia bertajuk, "Kisah Aldi Novel Adilang Terapung 49 Hari: 'Ini Ketiga Kalinya Saya Hanyut'" bertarikh 26 September 2018)