Selasa, 12 Mei 2015

Kisah Di Sebalik Lagu "Amazing Grace"

John Newton
Sering kita berfikir bahwa lagu-lagu pujian umat Kristian dan nyanyian-nyanyian rohani yang dikumandangkan di gereje-gereja, pasti diciptakan oleh orang-orang yang kehidupannya saleh. Namun sebenarnya tidak demikian. Masa lalu kehidupan pencipta nyanyian rohani ini bermacam-macam. Mereka manusia biasa seperti kita. Tidak jarang di antara mereka, memiliki masa lalu yang sangat kelam dan bahkan menjijikkan, kita fikir mungkin Tuhan tidak akan pernah mahu memakai mereka untuk mengharumkan nama-Nya. Apakah benar fikiran seperti itu?


John Newton Pedagang Hamba Abdi 

Di abad ke-18, ada seorang anak muda yang memiliki kehidupan yang begitu keji, iaitu bekerja sebagai kelasi kapal dagang. Namun yang mereka jual bukanlah barang seperti rempah-rempah, kain atau seramik, melainkan manusia. Mereka pergi ke Afrika, membeli laki-laki, wanita dan anak-anak dengan harga murah, lalu dijual sebagai abdi ke England, Amerika dan negara-negara barat lainnya. 

Keuntungan yang mereka dapat sangat besar, kerana dijual di Eropah, harga hamba-hamba abdi itu naik enam kali lipat. Para hamba itu dijadikan pekerja kasar di ladang mahupun sebagai pembantu yang disuruh bekerja apa saja, bila saja dan di mana saja.

Tentu saja orang-orang Afrika itu menentang sewaktu ditangkap untuk dijual sebagai abdi. Para pedagang abdi memakai kekerasan untuk mengejar dan menangkap mereka. Kaki dan tangannya dirantai lalu diseret ke kapal. Di kapal mereka diperlakukan seperti binatang, misalnya kapal yang memiliki daya tampung 450 abdi, diisi paksa menjadi 650 abdi, sehingga mereka sulit bernafas, mahupun berputar badan.




Bau kotoran dan muntahan yang menyengat, ditambah jeritan kesakitan, erangan mereka yang dekat ajal, membuat situasi di kapal abdi itu menjadi sangat mengerikan. Banyak di antara mereka yang menjadi cacat seumur hidup kerana dirantai sedemikian rupa sewaktu di kapal. Ramai pula yang mati kerana cacar dan disentri, sebelum mereka sampai tujuan. Kadangkala tingkat kematian mereka boleh mencapai 30 peratus atau lebih. Itulah dulu dilakukan oleh John Newton, pemuda Inggeris, yang lahir pada tahun 1725.

Memang sewaktu John Newton kecil, ia diajari tentang ayat-ayat Alkitab oleh ibunya, namun ibunya meninggal sewaktu dia berusia 7 tahun. Pada waktu umur 11 tahun dia ikut kapal dagang ayahnya, yang berdagang barang-barang secara wajar. Beberapa tahun kemudian, John berpindah-pindah kapal dan akhirnya bekerja di kapal pengangkut abdi. Kehidupan John Newton yang tidak lagi bersama ayahnya membuat dia mengumpat, memaki-maki, mengutuk bahkan mengeluarkan segala macam sumpah serapah termasuk menyumpahi Allah. John Newton bersikap kurang ajar dengan menjadikan Injil sebagai bahan tertawaan. Dia juga mempengaruhi teman-temannya agar mereka pesta minuman keras sampai mabuk.


Bertaubat Kerana Badai 

Suatu ketika pada tahun 1748, John Newton mengalami kejadian yang sangat menakutkan. Kapal “Greyhound” tempat di mana dia bekerja mengalami hentaman badai laut yang sangat ganas. Seluruh anak kapal mengupayakan supaya kapal tidak tenggelam di Laut Atlantik yang sedang mengganas itu. Dalam keadaan panik dan takut serta kepayahan, John Newton tanpa berfikir panjang lagi berseru: “Tuhan, kasihilah kami”. Tiba-tiba dia sedar bahwa dia tidak pernah berdoa sejak masa kanak-kanaknya 

Dia ragu-ragu, apakah Allah mahu mendengarkan doa seorang yang begitu jahat seperti dirinya. Tujuh hari berlalu dan daratan tetap belum kelihatan, padahal persediaan makanan sudah nyaris habis. Apalagi ada seorang kelasi yang meninggal kerana terbawa arus. Nahkoda pun sangat cemas, dia serta semua kelasi menuduh John Newtonlah penyebab malapetaka ini, kerana dia paling sering menghujat Tuhan. Seperti Yunus dalam Alkitab, John Newton dianggap sebagai penyebab malapetaka ini. 


Kapal Greyhound yang diombang-abingkan oleh ribut besar - Lukisan Mike Haywood

John takut kalau-kalau mereka akan melemparkan dia ke laut yang ganas untuk menenangkan badai, padahal dia tidak dapat berenang. John Newton diam-diam mulai memikirkan masa lalu dan masa depannya, lalu dia mengingat ayat Alkitab yang pernah diajarkan oleh ibunya sewaktu dia masih kecil, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang disorga! Dia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang memintanya kepada-Nya.” (Lukas 11:13).

Lalu John Newton berdoa dengan gigi yang terkatup: “Ya Allah jika Engkau benar, Engkau pasti menepati janji-Mu. Sucikanlah hatiku yang kotor ini.” John lalu membaca buku ‘Imitation of Christ’ karya Thomas A. Kempis. Kedua peristwa tersebut dipakai Roh Kudus untuk menanamkan benih pertaubatan dalam hatinya. Setelah empat minggu, kapal Greyhound dengan susah payah memasuki pelabuhan Ireland. John Newton pun pergi ke gereja dan di sana dia menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Setelah itu John Newton naik kedudukannya menjadi nahkoda kapal. Walau sudah menjual manusia, dia memperlakukan para abdi itu dengan lebih berperi kemanusiaan. Bahkan John Newton setiap hari Minggu memimpin ibadah di kapalnya, melayani tiga puluh anak buahnya. Dia mahu menjadi anak Tuhan dan dapat diteladani.

Lama kelamaan John Newton menyedari bahwa menjual manusia sebagai abdi itu adalah perbuatan yang sangat tercela. Kerana orang-orang Afrika itu juga diciptakan serupa dengan gambar Allah, dan mereka pun sangat dikasihi Allah. Maka dia berhenti dari pekerjaannya itu dan mencari pekerjaan lain. Dia juga belajar bahasa Ibrani serta Latin secara sendiri. Namun sewaktu memohon untuk ditahbiskan menjadi pendeta, berkali-kali permohonannya ditolak, kerana dia memiliki masa lalu yang sangat keji. Akhirnya sewaktu berumur 39 tahun, dia ditahbiskan sebagai pendeta dan melayani di Olney, sebuah kota dekat Cambridge, England. 


Mengarang Lagu Kesaksian ‘Amazing Grace’

Untuk mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga Allah yang telah menyelamatkannya dari kehidupan yang keji, John menulis sebuah syair lagu ‘Amazing Grace’. Dalam bahasa Indonesia lagu ini diterjemahkan menjadi ‘Sangat Besar Anugerah-Nya’ atau ‘Ajaib Benar Anugerah’. Kata-kata lagu tersebut sungguh menyatakan kasih karunia Allah kepada mantan penjual abdi tersebut. 

Amazing Grace how aweet the sound 
(Betapa menakjubkan anugerah yang diberikan) 
That saved a wretch like me 
(Yang telah menyelamatkan seorang penjahat seperti diriku) 
I once was lost but now I’m found 
(Dulu aku terhilang, tetapi sekarang telah ditemukan-Nya) 
Was blind but now I see 
(Dulu aku buta, tetapi kini aku melihat)

Lagu ini diberi melodi lagu rakyat Amerika, yang diharmonikan oleh seorang penginjil bernama Edwin O.Excell. Syair lagu ‘Amazing Grace’ ini menjadi kesukaan umat Kristian di seluruh dunia. Rasanya tidak ada satu orang Kristian pun yang tidak kenal dengan lagu ini. Bukan hanya sampai di situ saja, pada tahun 1785, Edwin O. Excell bersama William Wilberforce, seorang ahli parlimen Inggeris memperjuangkan rancangan undang-undang Penghapusan Perdagangan Hamba Abdi di seluruh kerajaan empayar Brititsh. Kisah perjuangan penghapusan perdagangan abdi ini oleh Wilberforce sudah difilemkan dengan judul ‘Amazing Grace.’ Wilberforce dilakonkan oleh pelakon Albert Finney.

Akhirnya pada tanggal 25 Mac 1807, Rancangan Undang Undang Penghapusan Perdagangan Hamba Abdi itu disahkan oleh parlimen. Dan beberapa bulan kemudian, pada 21 Desember 1807, John Newton pulang ke rumah Bapa di Syurga. Dan walaupun sudah 200 tahun lebih, lagu John Newton 'Amazing Grace’ terus melayani manusia, menjadi sarana bagi Roh Kudus untuk membawa orang-orang yang terhilang mendapatkan keselamatan dalam Kristus dan kembali kepada Bapa, dan membuat mereka yang dahulu buta secara rohani, kini dapat melihat kasih agape dari Allah.


Video: Lagu Amazing Grace (My Chains Are Gone) - Chris Tomlin



Sumber: Story Behind The Song Oleh: Yusak I. Suryana, S.Th

(Dialihbahasakan daripada artikel Sam's Blog bertajuk "'Amazing Grace' - Sejarah Lagu Yang Mendunia" bertarikh Ogos 2012)