Pada hari Jumaat, 20 Januari 2017, ketika saya ada pelayanan di Singapura, saya mendapat penghormatan untuk meluangkan waktu selama dua setengah jam bersama Ps Joseph Prince, menggali Firman Tuhan dalam bahasa Ibrani dan Yunani, berdiskusi mengenai perbedaan di antara kami dan menggaris bawahi apa yang kami setujui, dan ternyata apa yang kami setujui lebih banyak dari perbedaan kami.
Ketika saya menulis buku mengenai “Hyper Grace”, saya
berusaha menghubungi hamba Tuhan yang saya kutip bukunya dan minta izin untuk mengutip
hasil karya supaya tidak melanggar hak cipta. Tapi saya tidak menghubungi
Ps Joseph Prince, saya salah beranggapan bahawa Ps Joseph Prince tidak akan
tertarik berdialog dengan saya kerana di masa lalu, saya
mengalami di mana para pemimpin rohani ada yang menolak untuk
berinteraksi dengan saya.
Oleh kerana hal ini, saya memohon maaf kepada Ps Prince
kerana gagal berdialog dengannya dan Ps. Prince dengan murah hati menerima
permintaan maaf saya.
Ps Prince ingin menegaskan bahawa dia di posisi yang sangat
keras menentang pernyataan dalam buku saya, tapi yang paling menyakitkannya bukan kerana saya salah
menyampaikan mengenainya tapi kerana saya membariskannya bersama dengan pandangan orang-orang
yang justeru bertentangan dengan pandangannya.
Sebagai tambahan, Ps Prince merasa bahawa saya tidak secara betul melihat orang orang yang mengikuti pengajarannya secara kerap dan
bahawa ramai orang di seluruh dunia (setelah mendengar pengajaran Grace) menjadi
hidup lebih disiplin, kudus, hidup berkemenangan dan berpusatkan pada Kristus.
Ps Prince menjelaskan bahawa pelayanannya secara kerap menerima kesaksian
dari orang-orang yang dibebaskan dari ikatan dosa, mengalami pelepasan dari
ikatan pornografi bahkan dadah menerusi pengkhabaran Injil Kasih Kurnia.
Walaupun saya merasa gembira dengan kesaksian tersebut, dan saya
juga mendengar kesaksian yang hampir sama dari pengajarannya (sebab kebenaran
yang luar biasa yang disampaikannya), saya mengatakan juga bahawa saya mendengar
kesaksian orang yang gagal dan hidup duniawi (sebab ada kesalahan dalam
pengajarannya).
Ps Prince mengatakan dengan jelas, bahawa orang yang gagal
dan masih hidup duniawi adalah orang yang tidak mengerti Injil Kasih Kurnia,
dan dia akan menjadi orang yang pertama yang akan memperingati mereka yang
tidak hidup di bawah Kasih Kurnia sesuai ayat Roma 6:14
“Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, kerana kamu
tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih kurnia”
Ps Prince sangat yakin bahawa seseorang yang dengan betul menerima pewahyuan akan Kasih Kurnia Allah, akan mengerti bahwa Kasih Kurnia
adalah bukan mengajarkan seenaknya berbuat dosa (license to sin), tapi kuasa
untuk menang atas dosa.
Daerah yang kami berbeda adalah pengajarannya tentang dosa
masa depan yang diampuni kerana penebusan Yesus, sementara saya berpendapat
bahawa, dosa tidak diampuni sebelum dilakukan dan dibawa kepada Tuhan.
Tapi, saya ulangi, bahwa banyak kesamaan dan persetujuan
dari pada perbedaan kami. Kesamaan inilah yang saya ingin laungkan kepada dunia.
Pertama-tama, kami berdua setuju bahwa semua adalah mengenai Yesus. Yesus haruslah menjadi pusat. Yesus harus menjadi pusat dalam hidup kita. Kita harus membawa semua orang kepada Yesus dan penebusan-Nya di kayu salib. Ps Prince juga mengatakan daripada hanya mengatakan Yesus setiap waktu, harus kembali kepada Allkitab yang menyatakan Yesus sebagai TUHAN. Dan saya katakan AMIN kerana nama Yesus ditinggikan sebagai TUHAN.
Kedua, kami berdua setuju bahwa ramai orang percaya
bergumul akan rasa tertuduh , gagal menyedari bahawa Kasih Allah dalam hidup
mereka dan gagal mengerti bahawa Yesus sudah melakukan bagi mereka, jadi kita
perlu membina dasar orang percaya pada Kasih Kurnia. Saya juga mengatakan
kepada Ps Prince bahwa ketika saya menyoroti kesalahan “Hyper Grace”, saya
mulai menekankan kasih kurnia yang benar, mencari dahulu supaya dibukakan
pewahyuan yang benar (akan Kasih Kurnia). Dan saya mengatakan bahawa pada pelayanan
saya (Fire School of Ministry), di semester pertama, kami lakukan yang terbaik
supaya semua mahasiswa dapat berakar pada kasih Allah dan mengerti identiti mereka di dalam Yesus.
Ketiga, kami berdua setuju bahawa Allah memanggil kita untuk
hidup kudus. Dosa sungguh merosakkan dan Kasih Kurnia yang sejati akan tercermin
dalam hidup yang kudus. Sebelum pertemuan kami, Ps Prince mengirimkan kompilasi klip video di mana Ps Prince berkhutbah jika ada seorang lelaki di jemaat yang
mengaku sebagai orang percaya namun hidup dalam perzinahan, dia akan
memperingati bahwa sebenarnya lelaki ini tidak hidup di bawah kasih kurnia
(Kerana jika benar, maka dosa tidak akan berkuasa atas dia (Roma 6:14)) dan
orang itu perlu bertaubat, tinggalkan wanita selingkuhannya dan kembali pada
isterinya. Dia mempersoalkan apakah lelaki itu benar-benar percaya, kerana orang
percaya DAPAT SAJA JATUH dalam dosa tapi TIDAK TINGGAL DALAM DOSA.
Dengan kata lain, Ps Prince mengatakan jika anda mendengar
bahawa ada pengajaran Kasih Karunia yang mengajarkan tidak masalah jika kita
berbuat dosa, tidak ada akibatnya dosa, hidup sembarangan, maka jauhilah
pengajaran seperti ini! Ini adalah pengajaran Kasih Kurnia yang
palsu.
Kasih Kurnia yang sejati akan mengajarkan orang percaya
hidup kudus dan mengajarkan bahawa dosa akan membawa akibatnya dan hanya
melalui kuasa Injil Yesus Kristus seseorang dapat menang dari belenggu dosa. Ps
Prince menekankan “Jadi bagaimana kita tahu bahawa seseorang benar-benar hidup
dibawah Kasih Kurnia Tuhan?” Jawabnya: Kita LIHAT KESAKSIAN HIDUPNYA!
Jadi jika seseorang meninggalkan isterinya dan hidup berzinah
dengan setiausahanya dan mengatakan bahawa dia hidup di bawah Kasih Kurnia maka
Ps.Prince katakan bahwa orang ini menipu dirinya sendiri.
Kasih Kurnia yang sejati tidak kompromi akan kekudusan dan
tidak memelihara dosa. Inilah jawaban yang memberi kuasa kepada ramai orang
hidup dalam kemenangan.
Keempat, kami berdua setuju kekudusan yang progresif (semakin bertambah). Ertinya, setelah kita diselamatkan, kita sudah diampuni, dibenarkan dan
dipisahkan menjadi kudus, tapi sekarang kita harus bertumbuh dalam
kekudusan. Mengutip pernyataan Ps Prince, Kasih Kurnia yang sejati
mengajarkan pengudusan yang progresif dan sebagai orang percaya kita tidak dapat menjadi lebih benar tapi kita dapat menjadi lebih kudus DALAM ERTI
bagaimana kita menjalani hidup kita. Semakin seseorang bertumbuh dalam Kasih
Kurnia, semakin orang itu dibasuh dan dibasuh terus oleh Firman Tuhan, semakin
orang itu bertumbuh dalam kekudusan. Ps Prince dengan keras menolak idea yang
disampaikan oleh seorang pengajar Kasih Kurnia yang lain yang menyatakan bahawa pengudusan
yang progresif adalah kobohongan rohani yang mematikan.
Kelima, kami berdua setuju bahwa Tuhan memperbetulkan kita,
bahkan menerusi disiplin kepada kita, kami berdua setuju bahawa dalam pengajaran
Kasih Kurnia dipanggil untuk mendisiplin dengan otoriti Tuhan (Lihat Titus
2:15). Kami berdua setuju bahwa orang Kristian yang sudah lahir baru akan tidak
nyaman dalam dosa (kerana kehidupan yang sudah lahir baru dan oleh kerana Roh
Kudus), dan akan memiliki kerinduan meninggalkan dosa. Kami berdua setuju bahwa
satu-satunya jalan untuk meninggalkan dosa adalah mengarahkan orang pada
Yesus.
Ps Prince percaya bahawa tugas utama dari Roh Kudus adalah
mengingatkan kita bahwa kita adalah kebenaran di dalam Kristus (2 Kor 5:21, Yoh
16:10) dan mengerti ini sangat penting dalam membawa orang meninggalkan dosa.
Dan saya percaya juga bahawa peranan penting Roh Kudus mengasihi dan memperbetulkan kita dan mengarahkan pandangan kita kepada Bapa (Wahyu 3:19,22). Sangat jelas
kedua hal ini saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Keenam, kami berdua setuju bahwa hukum-hukum Tuhan adalah
mulia dan kudus, dan Ps Prince menjelaskan bahwa Kasih Kurnia yang benar
mengajarkan moral yang baik, nilai dan maksud tujuan dari sepuluh perintah
Allah. TAPI kami mengerti bahwa, sepuluh perintah Allah adalah sangat
sempurna dan tidak ada kompromi, kudus (Galatia 3:11) sehingga TIDAK
ADA MANUSIA akan dibenarkan oleh hukum taurat di mata Allah. Pembenaran di mata
Allah hanya melalui iman kepada Yesus Kristus.
Hukum Taurat, dibuat oleh Allah, dengan maksud, menunjukkan
dosa dan kelemahan manusia dan menuntun manusia bahwa mereka tidak mampu dan
akhirnya membawa mereka kepada kaki salib di mana Kasih Kurnia dan anugerah
mengalir. Dan tidak hanya itu, saat seseorang ada di bawah Kasih Kurnia, tidak
hanya mereka menggenapi hukum taurat, tapi mereka melebihi tuntutan hukum
taurat (kerana Yesus sudah melakukannya di kayu salib).
Ketujuh, kami berdua menyetujui, menolak pengajaran
universalisme yang menolak penghukuman bagi orang yang tidak percaya. Kami
menyetujui bahwa sebagai grace believer kami memiliki beban akan jiwa-jiwa
supaya diselamatkan dan menjangkau mereka supaya percaya (Roma 1:16), juga kepada
bangsa Yahudi (untuk di beritakan Injil).
Kelapan, kami berdua menyetujui pentingnya gereja lokal
dan otoriti gereja lokal, menyedari ramai grace preacher mengajarkan hal
berlainan, membahayakan jiwa mereka sendiri.
Dalam pertemuan kami, kami berbagi kasih yang sama akan
Israel supaya mereka diselamatkan. Kami juga menaruh perhatian kepada Kasih
Kurnia yang palsu dan berbuat semaksimum mungkin untuk mendedahkan dan
mengatasi kesalahannya. Saya berdoa supaya kesalahan dari Kasih Kurnia yang palsu
ini didedahkan dan Tuhan memakai umat-Nya kepada kemuliaan Kasih Kurnia-Nya
yang tampak dalam Yesus Kristus dan mengatakan tidak pada keduniawian dan
ketidak kudusan dan hidup dalam hidup rohani yang kudus di zaman ini (Titus
2:12).
Dan di mana ada hal yang saya belum mengerti, biarlah Kasih
Kurnia Allah membuat saya melihatnya, dan juga sebaliknya pada Ps Prince.
Saya yakin Ps Prince akan di kecam kerana bertemu dengan
saya dan menerima saya sebagai saudara, dan saya juga mungkin akan dikecam
kerana bertemu dengan Ps Prince.
Dan, biarlah setiap saudara yang melihat
kesalahan pertemuan ini, berdoa bagi kami, yang terlebih penting
adalah sepakat dalam hal-hal di atas yang sangat penting. Jika anda setuju,
beritakanlah dengan lantang kepada gereja Tuhan.
Biarlah Kasih Kurnia Allah yang sejati di tinggikan, dan
Kasih Kurnia yang palsu didedahkan.
(Dialihbahasakan daripada terjemahan Frado Sibarani (Grace Revolution Indonesia) dari artikel Charisma News bertajuk, "My Meeting With Pastor Joseph Prince" yang ditulis oleh Michael Brown bertarikh 26 Januari 2017)