Lelaki berlatar belakang wartawan ini adalah seorang ateis,
namun mengambil keputusan memulakan projek menyelidiki kebangkitan Yesus. Namanya adalah Lee Strobel, dia melakukan itu bukan kerana rasa ingin tahunya namun untuk menidakkan
agama Kristian kerana waktu itu isterinya baru saja bertaubat dan percaya
Yesus. Namun bukannya membuat isterinya menyangkal imannya, malah sebaliknya
Strobel yang bertaubat dan percaya Yesus. Apa yang dia temukan selama dua tahun
menyelidiki Yesus dengan dibantu oleh para pemimpin agama dan ahli sejarah?
"Selama dua tahun, saya menyelidiki butir-butir terperinci dari data sejarah tentang apakah Paskah hanyalah sebuah mitos atau kenyataan. Saya tidak menerima begitu saja Perjanjian Baru sebagai sesuatu yang bernilai; Saya bertekad hanya akan mempertimbangkan fakta yang didukung oleh bukti sejarah. Begitu penyelidikan saya menampilkan kebenarannya, ateisme saya mulai goyah," demikian ungkap Strobel sebagaimana yang dikutip dalam sebuah artikel di laman Stream.
Salah satu bukti pertama yang dia kumpulkan adalah dari seorang ahli sejarah bernama Gerd Ludemann yang menyatakan bahwa kematian Yesus oleh penyaliban "tak terbantahkan." Hal ini didukung oleh penelitian dari A. N. Sherwin-White dari Oxford yang mengutip saksi mata kuno tentang kematian Yesus.
Kemudian dia mendapatkan longgokan bukti berdasarkan alur waktu peristiwa sekitar kematian dan kebangkitan Yesus. Strobel menceritakan pandangan Willian Lane Craig tentang kisah kubur yang kosong bukanlah tanpa dasar kerana baik pendukung mahupun penentang Yesus mengetahui posisi kubur itu dan dapat sama-sama membuktikannya. Namun para penentang Yesus menyatakan bahwa tubuh-Nya diambil, meskipun tidak ada satupun yang punya motif yang jelas mengapa melakukan hal tersebut.
"Kami memiliki sembilan sumber kuno, di dalam mahupun di luar Perjanjian Baru, yang mengkomformasi kesaksian para Rasul bahwa mereka berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit. Berulang kali, sumber ini berdiri teguh ketika saya mencuba menidakkan mereka. Apakah mungkin perjumpaan itu halusinasi? Tidak mungkin, demikian para ahli berkata kepada saya. Halusinasi hanya terjadi pada otak satu individu, seperti mimpi, tetapi Yesus menampakkan diri pada kelompok-kelompok orang di tiga lokasi berbeda - termasuk 500 orang sekaligus!" demikian jelas Strobel.
Akhirnya sebagai orang yang berpegang kepada logika, pendidikan dan skeptisisme, dirinya diyakinkan dengan bukti yang ada di depannya dan ia memeluk kebenaran itu sepenuhnya bukan kerana takut pada kematian atau memerlukan penopang psikologi tetapi kerana fakta.
"Saya membaca buku-buku skeptis, tetapi hujah-hujah mereka runtuh di bawah data sejarah. Tidak hairan para ateis sering kali
terbantahkan dalam debat ilmiah tentang kebangkitan. Pada akhirnya, setelah
saya menyelidiki dengan teliti masalah ini, saya mendapatkan kesimpulan yang
tak terduga: ternyata memerlukan lebih banyak "iman" untuk saya kekal sebagai ateis berbanding menjadi pengikut Yesus," demikian pengakuan Strobel.
Kini Lee Strobel merayakan Paskah yang ke-34 sebagai pengikut Kristus. Dia bahkan menerbitkan hasil penyelidikannya dalam buku "The Case for Christ" dan menjadi penulis buku terlaris kerananya. Kematian dan kebangkitan Kristus terbukti bukan sebuah mitos, namun sebuah fakta sejarah. Namun sebagai orang percaya, kematian dan kebangkitan Kristus tidak berhenti sebagai sebuah fakta sejarah tetapi sebagai bukti iman bahwa Anak Allah telah mati dan bangkit menebus dosa manusia, mengalahkan maut dan naik ke syurga untuk menyiapkan tempat bagi kita, umat tebusannya.
(Dialihbahasakan oleh SDP daripada artikel Jawaban.com bertajuk "2 Tahun Selidiki Kebangkitan Yesus, Atheis Ini Jadi Kristen" penulisan Puji Astuti bertarikh 22 Mac 2016)
"Selama dua tahun, saya menyelidiki butir-butir terperinci dari data sejarah tentang apakah Paskah hanyalah sebuah mitos atau kenyataan. Saya tidak menerima begitu saja Perjanjian Baru sebagai sesuatu yang bernilai; Saya bertekad hanya akan mempertimbangkan fakta yang didukung oleh bukti sejarah. Begitu penyelidikan saya menampilkan kebenarannya, ateisme saya mulai goyah," demikian ungkap Strobel sebagaimana yang dikutip dalam sebuah artikel di laman Stream.
Salah satu bukti pertama yang dia kumpulkan adalah dari seorang ahli sejarah bernama Gerd Ludemann yang menyatakan bahwa kematian Yesus oleh penyaliban "tak terbantahkan." Hal ini didukung oleh penelitian dari A. N. Sherwin-White dari Oxford yang mengutip saksi mata kuno tentang kematian Yesus.
Kemudian dia mendapatkan longgokan bukti berdasarkan alur waktu peristiwa sekitar kematian dan kebangkitan Yesus. Strobel menceritakan pandangan Willian Lane Craig tentang kisah kubur yang kosong bukanlah tanpa dasar kerana baik pendukung mahupun penentang Yesus mengetahui posisi kubur itu dan dapat sama-sama membuktikannya. Namun para penentang Yesus menyatakan bahwa tubuh-Nya diambil, meskipun tidak ada satupun yang punya motif yang jelas mengapa melakukan hal tersebut.
"Kami memiliki sembilan sumber kuno, di dalam mahupun di luar Perjanjian Baru, yang mengkomformasi kesaksian para Rasul bahwa mereka berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit. Berulang kali, sumber ini berdiri teguh ketika saya mencuba menidakkan mereka. Apakah mungkin perjumpaan itu halusinasi? Tidak mungkin, demikian para ahli berkata kepada saya. Halusinasi hanya terjadi pada otak satu individu, seperti mimpi, tetapi Yesus menampakkan diri pada kelompok-kelompok orang di tiga lokasi berbeda - termasuk 500 orang sekaligus!" demikian jelas Strobel.
Akhirnya sebagai orang yang berpegang kepada logika, pendidikan dan skeptisisme, dirinya diyakinkan dengan bukti yang ada di depannya dan ia memeluk kebenaran itu sepenuhnya bukan kerana takut pada kematian atau memerlukan penopang psikologi tetapi kerana fakta.
Buku "The Case for Christ" |
Kini Lee Strobel merayakan Paskah yang ke-34 sebagai pengikut Kristus. Dia bahkan menerbitkan hasil penyelidikannya dalam buku "The Case for Christ" dan menjadi penulis buku terlaris kerananya. Kematian dan kebangkitan Kristus terbukti bukan sebuah mitos, namun sebuah fakta sejarah. Namun sebagai orang percaya, kematian dan kebangkitan Kristus tidak berhenti sebagai sebuah fakta sejarah tetapi sebagai bukti iman bahwa Anak Allah telah mati dan bangkit menebus dosa manusia, mengalahkan maut dan naik ke syurga untuk menyiapkan tempat bagi kita, umat tebusannya.
(Dialihbahasakan oleh SDP daripada artikel Jawaban.com bertajuk "2 Tahun Selidiki Kebangkitan Yesus, Atheis Ini Jadi Kristen" penulisan Puji Astuti bertarikh 22 Mac 2016)